Last modified: 2018-07-03
Abstract
Abu layang (fly ash) merupakan limbah yang termasuk dalam kategori Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan dari proses pembakaran batubara (coal combustion), sehingga tidak diperkenankan dibuang tanpa diolah terlebih dahulu. Komposisi kimia tertinggi abu layang ialah silika dan alumina, kedua senyawa yang terdapat pada abu layang tersebut diaktivasi dengan basa kuat membentuk ion aluminat dan silikat agar dapat terpolimerisasi menghasilkan geopolimer yang dicanangkan sebagai material bahan bangunan. Sifat-sifat geopolimer yang dihasilkan salah satunya bergantung pada rasio Si/Al, ukuran partikel, pengaturan kelembaban setelah pencetakkan dengan membungkus pasta geopolimer (post treatment), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh post treatment pasta geopolimer pada saat curing tehadap kekuatan mekanik geopolimer melalui uji kuat tekan. Abu layang dikarakterisasi dengan X-Ray Fluorosence (XRF) dan X-Ray Diffractometer (XRD) serta diaktivasi dengan NaOH, abu layang teraktivasi kemudian dicampurkan waterglass dan Al(OH)3 serta dicetak membentuk tabung. Selanjutnya, geopolimer yang terbentuk diuji kuat tekan dengan Universal Testing Machine (UTM) pada umur 14 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa abu layang PT. IPMOMI memiliki komposisi SiO2 = 50,67% dan Al2O3 = 13,76% serta terdapat fasa kuarsa, mulit dan magnetit. Disisi lain, geopolimer dengan nilai kuat tekan terbesar mencapai 47,7 MPa.