Open Conference Systems - Universitas Tanjungpura, Seminar Nasional Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 2019

Font Size: 
KONDISI MODAL SOSIAL PENGRAJIN ANYAMAN BIDAI DI KECAMATAN JAGOI BABANG DAN KECAMATAN SELUAS, KABUPATEN BENGKAYANG
Edy Agustinus, Reny Rianti

Last modified: 2019-11-19

Abstract


Eksistensi anyaman bidai sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB)  saat ini sedang dipertanyakan akibat semakin menurunnya jumlah produksinya. Situasi tersebut, menjadi dasar bahwa anyaman bidai sebagai aset kultur masyarakat Dayak Bidayuh, memerlukan program atau kegiatan yang diharapkan dapat mendorong peningkatan jumlah produksi anyaman bidai kembali.  Namun, program atau kegiatan yang diinisiasi oleh berbagi pihak, pada tataran implementasinya kerap terjadi kegagalan, hal itu diyakini oleh para sosiolog, karena ketiadaan modal sosial, sehingga proses kerjasama secara kolektif sulit untuk diwujudkan, dimana proses kerjasama yang baik merupakan syarat untuk mencapai keberhasilan suatu program atau kegiatan. Oleh sebab itu, langkah yang harus dilakukan sebelum program atau kegiatan dilaksanakan adalah memahami karakteristik sosial berupa modal sosial (social capital) masyarakat yang akan dijadikan sebagai subjek program atau kegiatan[U1] . Bertalian dengan hal itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi modal sosial pada pengrajin anyaman bidai di Kecamatan Jagoi Babang dan Kecamatan Seluas, Kabupaten Bengkayang. Metode yang digunakan adalah metode penelitian survei. Terdapat 3 (tiga) elemen modal sosial yang selanjutnya disebut dengan dimensi yang akan diterangkan melalui tulisan ini, 3 (tiga) elemen pokok yang dimaksud yakni jaringan (network), kepercayaan (trust) dan norma (norms). Adapun temuan  dari penelitian ini adalah sebagai berikut: pertama, untuk dimensi jaringan, nilai kontinum jawaban responden adalah 107 yang berarti terletak pada area setuju, sedangkan kriteria intepretasi skornya adalah 65 % yang berarti  terletak pada kriteria kuat. Kedua,  terkait dengan dimensi kepercayaan, nilai kontinumnya adalah 118 yang terletak pada area setuju, sedangkan kriteria intepretasi skornya adalah  71 % yang berarti  terletak pada kriteria kuat. Selanjutnya ketiga,  untuk dimensi norma, nilai kontinumnya adalah 114 yang terletak pada area kuat, sedangkan kriteria intepretasi skornya adalah 69 % yang berarti  terletak pada kriteria kuat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kondisi modal sosial pengrajin anyaman bidai di Kecamatan Jagoi Babang dan Kecamatan Seluas, Kabupaten Bengkayang nilai kontinumnya adalah 113 yang berarti terletak pada area terletak di area setuju. Sedangkan intepretasi skornya adalah 68 % yang berarti kondisi modal sosial adalah kuat.

[U1]Telah ditambahkan permasalahan penelitian di abstrak


Keywords


Modal Sosial, Pengrajin, Anyaman Bidai

Full Text: PDF